Kamis, 16 Januari 2020

Depresiku Part 1

Udah lama gak ngeblog lagi. Okelah kali ini aku mau berbagi cerita tentang depresi yang kualami, karna banyak tak bikin per bagian.


Memasuki kelas 1 SD aku dibully temenku. Kau kenapa membullyku? Salah apa hingga aku dibully?
Setelah kenaikan kelas, aku pindah sekolah.

Ketika kelas 2 SD aku pindah sekolah baru. Aku pun senang akhirnya bisa sekolah baru dan lingkungan yang baru pula.


Akan tetapi, bullying tetap menimpaku, aku diam saja dan cuek sambil terus melupakan kejadian itu. Toh sekarang juga gak begitu ingat.
Semakin lama perilaku mulai aneh, tapi aku tak menyadarinya. Mulai dari telpon mama yang gak ada suaranya di telepon yang ada di depan resto pesta perak.
Orang yang tahu itu sampai bilang, "Itu kan gak ada suaranya, ngomong sendiri ya kamu?"
Aku  gak peduli sama perkataannya waktu itu.

Memasuki kelas 3 perilaku makin aneh saja, tiba-tiba saja wali kelasku menunjukku sebagai ketua kelas. Aku merasa terbebani sebenarnya akan tanggung jawab itu, aku berusaha mengembannya semampuku. Mungkin aku stress waktu itu tapi aku gak menyadarinya.

Saat aku pergi ke kamar mandi sekolah, kubuka pintu kamar mandi dan ember berisi air tumpah menimpaku. Aku basah kuyup. Aku tau ada temen yang jail, tapi aku diam saja dan anggap kejadian itu biasa dan masa bodoh setelah kejadian itu. Aku memaafkan temenku yang mengerjainku.

Memasuki kelas 4 SD, aku disuruh pindah sekolah lagi di sekolah yang sama dengan kelas 1 SD untuk menemani mbahku di Wonosari. Aku bertemu kawan lama dan bertemu kembali orang membullyku. Tapi ya sudah jalani aja pikirku waktu itu.

Sperti yang bisa ditebak kejadian itu terulang kembali namun dalam versi yang berbeda. Aku jadi sering menangis di kamar, karena hubungan persahabatan yang kadang tidak akur satu sama lain. Temenku yang gosipin aku dibelakang, saling bermusuhan satu sama lain, dsbnya.

Naik kelas 5, sekolahku kedatangan murid baru cewek. Otomatis aku dapet temen baru. Tentunya aku bersemangat karna ada temen baru yang bisa kuajak ngobrol. Aku berpikiran positif terhadapnya.

Kejadian bullying masih terus saja terjadi di kelas 5, bahkan sudah terang-terang saling memusuhi satu sama lain. Geng sebelah membullyku dan temen segengku. Aku mulai marah, tapi semua  itu kuanggap biasa saja.

Sebenarnya aku sudah mulai merasa sendirian, tapi kuanggap wajar.

Aku baru mengetahui kebusukan temen baruku ini menjelang UASBN (kelas 6 SD) akan dilaksanakan dari temenku sendiri rasanya makjleb. Temenku yang kuanggap baik ini ternyata musuh dalam selimut. You knowlah apa yang dia lakuin dibelakangku gosipin aku dari belakang jelek-jelekin aku. Sumpah rasanya mau marah ama dia cuma yang kuanggap sperti gak ada kejadian apa-apa.

Perilaku yang aneh dan kejadian bullying yang menimpaku waktu itu berdampak pada gejala depresi. Sekali lagi kutegaskan aku gak pernah menyadari sudah menderita depresi, mengetahui apapun itu tentang depresi. Mengingat waktu itu akses internet masih terbatas dan tidak ada pengetahuan sama sekali tentang depresi.

Sekian ceritaku.

Lanjut ceritaku di depresi part 2.






0 komentar:

Posting Komentar