Sebegitu parahkah aliran radikal merasuki pelaku bom bunuh diri?
Pertanyaan yang selalu ada di kepalaku?
Kejadian ini membuatku tak habis pikir terhadap pelaku bom bunuh diri di Kartasura. Kok bisa melakukan bom bunuh diri menjelang lebaran?
Lebih tepatnya pada Senin malam(03/06/2019). Di momen orang-orang pada sibuk mikirin bisa mudik apa enggak?
Ini pelaku malah ngebom pos polisi Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah. Untungnya pelaku bom bunuh diri masih hidup dan tak ada korban jiwa. Aku harap sih begitu ya, menunggu penyilidikan lebih lanjut dari polisi.
Bulan Ramadan yang suci justru dimanfaatkan oleh segilitir orang melakukan tindakan kejahatan yang mereka sebut dengan jihad.
Jihad menjelang lebaran buat apa coba? Bener-bener salah kaprah. Kalau mau jihad ya jangan di Indonesia negara yang damai dan momennya gak tepat. Jihad menegakkan agama ya di negara-negara konflik seperti Suriah, Yaman, Irak, Palestina, dll kalau itu baru bener.
Dilansir dari Detiknews dan Tribunnews, pelaku RA ini masih muda berusia 22 tahun sudah dicuci otak aliran radikal sejak SMA oleh pelaku tidak dikenal. Kok percaya sih? Sebegitu hebatnya orang ini mendoktrin pelaku untuk meninggalkan Pancasila, ideologi negara kita. Pelaku dikabarkan sempat menghilang dan gak mau ke masjid. Pelaku meyakini doktrin tersebut melakukannya di bulan Ramadan agar mati syahid dan masuk surga itu bener-bener salah kaprah menurutku bloggers.
Bukannya aku menentang jihad atau bentuk apapun itu untuk menegakkan agama? Tapi mbok ya dilakukan dengan tujuan yang benar dan momen yang tepat. Jangan serampangan menerapkan jihad yang diterapkan oleh segelintir orang untuk menyebarkan aliran-aliran radikal seperti akhir-akhir ini.
Aku berharap kedepannya anak-anak muda di Indonesia diberikan pendidikan agama yang mendalam dan tepat oleh orang-orang yang ahli dibidangnya. Selain itu pemerintah beserta jajarannya untuk serius memberantas konten-konten yang bersifat radikalisme. Terima kasih.
0 komentar:
Posting Komentar