Kamis, 05 Desember 2024

Fase Seorang Penulis Pemula


Menulis merupakan kegiatan mengekspresikan perasaan maupun gagasan yang berasal dari pikiran dalam bentuk goresan. Menulis bisa dilakukan dalam media apapun bisa berupa media kertas (buku), blog dan media digital lainnya. Karya yang bisa dihasilkan berupa fiksi dan non fiksi. Karya fiksi terdiri dari cerpen, cermin, puisi, novel dsbnya. Karya non fiksi terdiri dari esai, artikel, opini, jurnal ilmiah dsbnya. Menulis tak lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Tulisan yang kita tinggalkan akan menjadi bagian dari warisan sejarah kelak.

Ada pertanyaan yang muncul dari kita Kapan kita bisa menjadi penulis? Atau dengan kata lain Kapan kita tertarik menjadi penulis? Umur berapa bisa menjadi penulis?

Menjadi seorang penulis tidak dibatasi umur. Umur berapapun bisa menjadi penulis saat kita sudah lancar membaca dan menulis. Saya sendiri sudah mulai sejak kelas 4 SD. Karya tulisan saya berupa dialog percakapan yang saya goreskan di binder. Binder merupakan media pertama yang saya gunakan untuk menulis.

Tetapi seiring berjalannya waktu, saya kehilangan gairah untuk menulis karena kesibukan saya sebagai pelajar yang sedang mempersiapkan ujian kelulusan SD.

Hari demi hari saya lalui tanpa kegiatan menulis. Tiba saatnya saya memasuki kelas 8 SMP saya mengikuti ekskul jurnalistik. Saya terdorong untuk menulis lagi. Saya menulis sesuai tema yang ditentukan dalam buletin sekolah seperti artikel, cerpen dan artikel wawancara. Kegiatan itu tidak berlangsung lama hanya setahun saja saya melakukan kegiatan menulis. Saat memasuki kelas 3 SMP saya berhenti menulis dan menyibukkan diri untuk menyiapkan ujian kelulusan dan kegiatan sekolah lainnya.

Semenjak itu saya vakum menulis cukup lama. Saya sempat membuat blog untuk meluapkan unek-unek saya tapi tidak begitu serius seperti aw

Setelah saya menganggur cukup lama saya membuat blog baru yang sekarang bisa diakses: www.diarypersoality.blogspot. Blog itu saya buat untuk meluapkan sgala pikiran saya mulai dari sekadar curhat pribadi, puisi, cerpen dan opini pribadi. Kegiatan menulis menjadi kebiasaan saya lagi untuk meredakan stress dan media menyampaikan unek-unek saya tanpa menyinggung siapa pun.

Beberapa tahun terakhir saya mulai menulis lagi. Tepatnya akhir tahun 2022. Saya mulai ikut lomba menulis cerita mini (cermin) / flash fiction. Saya memanfaatkan media sosial instagram untuk mencari informasi tentang lomba menulis yang sekiranya menarik buat saya untuk saya ikuti. Lomba menulis yang saya ikuti lomba cerita mini (cermin), cerita pendek, puisi dan cerita anak-anak.

Saya menulis dan mengikuti lomba tersebut yang penting lolos kurasi aja dulu dari pihak lomba maupun penerbit. Menjadi juara dalam lomba menulis membutuhkan waktu dan jam terbang yang tinggi. Saya sendiri merasa kemampuan menulis belum begitu bagus seperti penulis lainnya dan dalam tahap belajar menulis yang baik sambil terus mengasah kemampuan menulis melalui karya-karya yang saya goreskan dan kirimkan ke lomba-lomba.

Baru-baru ini saya mengikuti pelatihan penulisan dongeng dan cerita anak dalam bahasa Jawa. Saya merasa tertantang untuk mengikuti lomba tersebut karena sebelumnya belum pernah mengikuti dan tertarik untuk mempelajarinya.

Saat ini saya sendiri belum mengkategorikan diri untuk jadi penulis spesialis puisi/cerpen dll. Bagi saya yang penting saya produktif menghasilkan karya melalui lomba-lomba yang saya ikuti dan lolos kurasi. Saya sendiri sebagai penulis pemula seringkali kesulitan menuliskan kata dengan jumlah kata yang agak banyak seperti 700 kata dalam membuat cerpen. Ide-ide itu sering kali stuck di kepala dengan ketentuan kata-kata tersebut.

 

Saya berkeinginan selama saya bekerja sebagai pegawai saya ingin meninggalkan warisan yang bisa dinikmati generasi selanjutnya. Warisan yang bisa dinikmati generasi selanjutnya adalah warisan tulisan. Kebetulan saya bekerja berhubungan dengan pendidikan tepatnya sebagai staf TU di salah satu sekolah sehingga karya-karya saya bisa diarsipkan ke perpustakaan sekolah. Jadi begitu saya sudah tidak bekerja di sekolah itu, saya meninggalkan warisan berupa buku cerita anak-anak untuk menambah koleksi buku perpustakaan sekolahsekolah dan bisa dibaca siswa-siswi sekolah.

Opini yang saya goreskan berdasarkan pengalaman pribadi dan pengamatan saya.

Liburan di Hutan Jeruk

 

Alea dan Kinanti merupakan dua orang sahabat yang ingin menghabiskan waktu liburan. Waktu liburan pun tiba, Alea menghampiri ke rumahnya Kinanti. Alea dan Kinanti merencanakan liburan yang tak biasa yaitu ke hutan jeruk. Disana ada tempat bermain di balik rimbunnya hutan jeruk di desa sebelah.

 

Kinanti dan Alea berangkat menuju hutan jeruk. Perjalanan menuju hutan jeruk harus melewati desa sebelah dan teriknya panas matahari menuju ke hutan jeruk.

Tibalah mereka di hutan jeruk. Mereka berjalan melewati pohon jeruk yang rimbun. Disana ada taman bermain yang menarik mereka berdua. Ada jungkat-jungkit, ayunan dan perosotan. Mereka bermain dengan riang gembira. Mereka menghabiskan waktu sampai lupa waktu.

Ditempat yang berbeda Ibunya Alea mencari Alea tetapi tidak menemukannya. Kemudian Ibunya Alea menuju rumah Kinanti untuk mencari Alea.

Mereka belum menemukannya. Ibunya Alea pun bertanya-tanya "Buk, saya cari Alea kok gak ketemu ya. Saya cari di sekitar rumah juga belum ketemu. Saya pikir Alea main kesini".

"Gak ada di rumah Buk. Kinanti gak ada di rumah Ma." Jawab Ibu Kinanti.

"Waduh mereka main kemana kok jam segini belum pulang? " Tanya Ibu Kinanti.

Mereka pun cemas menunggu anak mereka yang belum pulang hingga petang tiba.

Alea dan Kinanti keasyikan bermain di hutan jeruk sampai lupa waktu. Alea menyadari hutan jeruk yang semakin gelap. "Kinanti udah gelap nih. Ayo pulang!". Ajak Alea. "Yo, kita pulang sekarang takut nih". Jawab Kinanti.

Mereka pun pulang dan sampailah mereka di rumah. Kedatangan mereka ditunggu-tunggu orang tua mereka yang khawatir dengan mereka.

Pengalaman Mengikuti Lomba Flash Fiction/Cerita Mini

    Awal saya mengikutinya pada bulan September saya iseng mencari lomba menulis di instagram. Saya menemukan lomba menulis flash fiction yang saya ikuti secara gratis. Saya tertarik mengikuti lomba tersebut karena penasaran dengan lomba menulis flash fiction itu seperti apa?

    Saya pun mengikuti lomba melalui zoom dengan pembicara Gol A Gong. Materinya sangat menarik dan menambah pengetahuan bagi saya. Saya pun tertantang menulis flash fiction. Saya pun mencoba menulis flash fiction berdasarkan pengalaman saya sendiri dan sekitar saya. Setiap saya mendapatkan ide berdasarkan pengalaman sendiri dan observasi sekitar. Saya langsung menulis ide-ide tersebut dalam bentuk flash fiction sesuai dengan ketentuan lomba flash fiction. 

    Saya pun menulis cerpen flash fiction ke pihak lomba yang menyelenggarakan lomba itu sesuai waktu yang ditentukan. Biasanya mepet deadline. Dan lomba-lomba itu yang saya ikuti itu tergabung dalam buku antologi. 

Flash fiction yang dihasilkan Demam Panggung, Deadline Mendadak, dan Pengagum semuanya itu masuk dalam buku antologi.

Senang rasanya bisa menulis dan lolos kurasi apalagi sampai diterbitkan. Untuk lomba-lomba flash fiction yang saya ikuti belum pernah juara. Saya tidak berharap juara dalam lomba menulis, yang penting saya produktif menulis dan meningkatkan kualitas menulis.

Mood Swing (Merasa Bersalah)

Tadi ceritanya saya boncengan bareng temen dari tempat ziarah. Saya pun meminta teman saya untuk mengantar saya sampai rumah. Saya yang buta arah dan hanya mengandalkan map saya kebingungan untuk menunjukkan jalan menuju rumah saya. Alhasil temen saya tersesat dan malah mubeng-mubeng. Saya merasa bersalah dan gak enak sama temen saya. Ini membuat mood saya jadi swing hingga menangis. Entah kenapa saya gak tau? 

Kejadiannya saat saya kuliah RPL, jadi materi kuliah tidak ada yang nyantol materinya. Walaupun saya paksa masuk kuliah.

Ini jadi pembelajaran bagi saya untuk menolak bepergian yang modelnya touring. Saya jadi trauma lama-lama.